Minggu, 25 Desember 2011

Perang salib dan konflik internal


Sebagian waktu al-ayyubi dihabiskan untuk menghalau tentara salib, sehingga mereka berhasil menguasai kota yerussalrem. Jatuhnya yerussalem ke tangan kaum muslim sangat memukul perasaan tentara salib sehingga mereka merencakan serangan balasan. Pasukan salib ini dipimpin oleh tiga raja, yaitu : Predrick Banbarossa, Raja Jerman, Richart The Lion Hart, Raja Inggris, dan Philiph Augustus, Raja Perancis, pasukan ini bergerak pada tahun 1189M yang mendapat tantangan berat dari Salah Al-Din, yang berhasil merebut Akka yang dijadikan lbu kota Latin. Namun mereka tidak berhasil memasuki Palelstina.
Pada tanggal 2 November 1192 M, dibuat perjanjian antara Salah Al-Din dengan Salib yang disebut dengan Shulh Al-Ramlah isi perjanjian tersebut adalah :
  1. Jerussalem tetap berada di tangan umat islam; dan umat Kristen diizinlkan untuk menziarahinya.
  2. Tentara salib akan tetap mempertahankan pantai Syiria dari Tyre sampai ke Jaffa
  3. Umat islam akan mengembalikan relic Kristen kepada orang Kristen.
Pada tahun 1199 M, al-ayyubi meninggal di damaskus, dan digantikan oleh saudaranya, sultan al-‘adil. Pada tahun 1218 M, al-‘adil meningga setelah kalah perang melawan pasukan salib dan kota dimyath jatuh ke tangan tentara salib. Setelah meninggal al-‘adil digantikan oleh oleh al-kamil.
Al-kamil melanjutkan perang melawan tentara salib. Akan tetapi, antara al-kamil  dengan saudaranya Al-mulk al-mu’azham (gubernur damaskus)terjadi konflik. Al-kamil merasa bahwa al-mu’azham akan menyingkirkannya. Oleh karena itu, al-kamil mengirim duta kepada Frederick barbarossa dengan menawarkan kerjasama dan jerussalem diijadikan sebagai imbalan atas bantuan frderick. Pada tahun 1229, disebut perjanjian antara al-kamil dengan Frederick. Isi perjanjian tersebut adalah :
  1. Jerussalen dengan Bethlehem, nazaret, dan rute haji ke jaffa dan acre akan menjai kekuasaan absolute kaisar, dengan pengecualian bahwa area masjit umar di jerussalem tetap menjadi milik terbatas bagi umat islam.
  2. Tawanan-tawanan Kristen dibebaskan
  3. Kaisar harus melindungi sultan dari serangan-serangan musuh
  4. Perjanjian ini berlaku selama dua tahun.
Stelah meninggal al-kamil digantikan oleh putranya, Abu Bakar dengan gelarnya Al-Adil II (berlangsung selama tiga tahun). Kepemimpinan Abu Bakar ditolak oleh saudaranya, Al-Malik Al-Shalih Najm Al-Din Ayyub. Budak-budak abu bakar besekongkol dengan Al-Malik Al-Shalih sehingga berhasil menjatuhkan Abu Bakar dan mengangkat Al-Malik Al-Shalih Najm Aldin Ayyub (1240-1249M) sebagai Sultan.
Selama Al-Malik Al-Shalih menjadi pemimpin, pamannya, Ismail bekerja sama dengan pimpinan pasukan salib. Frank mengepung Damaskus. Al-Malik dapat mematahkan konfras tersebut dan mengalahkan pasukan Frank di dekat Gaza.

Dinasti Al-Ayyubiyah

DINASTI AYYUBIYAH
Dinasti Ayyubiyah berdiri di atas puing-puing Dinasti Fatimiyah Syi’ah di Mesir. Di saat Mesir mengalami krisis di segala bidang maka orang-orang Nasrani memproklamirkan perang Salib melawan Islam, yang mana Mesir adalah salah satu Negara Islam yang diintai oleh Tentara Salib.
Shalahudin Al-Ayyubi seorang panglima tentara Islam tidak menghendaki Mesir jatuh ke tangan tentara Salib, maka dengan sigapnya Shalahudin mengadakan serangan ke Mesir untuk segera mengambil alih Mesir dari kekuasaan Fatimiyah yang jelas tidak akan mampu mempertahankan diri dari serangan Tentara Salib. Menyadari kelemahannya dinasti fatimiyah tidak banyak memberikan perlawanan, mereka lebih rela kekuasaannya diserahkan kepada shlalahudin dari pada diperbudak tentara salib yang kafir, maka sejak saat itu selesailah kekuasaan dinasti fatimiyahdi mesir, berpindah tangan ke Shalahudin Al-Ayyubi.
  1. PEMBAHASAN
  1. Kemunculan Panglima Shalahuddin Al-Ayyubi
Jatuhnya kota Suci Baitul Maqdis ke tangan kaum Salib telah mengejutkan para pemimpin Islam. Mereka tidak menyangka kota Suci yang telah dikuasainya selama lebih 500 tahun itu bisa terlepas dalam sekejap mata. Mereka sadar akan kesalahan mereka karena terpecah belah. Para ulama telah berbincang dengan para Sultan, Amir dan Khalifah agar mengambil keputusa/tindakan dalam masalah ini.
Usaha mereka berhasil. Setiap penguasa negara Islam itu bersedia bergabung tenaga untuk merampas balik kota Suci tersebut. Di antara pemimpin yang paling gigih dalam usaha menghalau tentara Salib itu ialah Imamuddin Zanki dan diteruskan oleh anaknya Amir Nuruddin Zanki dengan dibantu oleh panglima Asasuddin Syirkuh.
Setelah hampir empat puluh tahun kaum Salib menduduki Baitul Maqdis, Shalahuddin Al-Ayyubi baru lahir ke dunia, yakni pada tahun 1138 Masehi. Keluarga Shalahuddin taat beragama dan berjiwa pahlawan. Ayahnya, Najmuddin Ayyub adalah seorang yang termasyhur dan beliau pulalah yang memberikan pendidikan awal kepada Shalahuddin.
Selain itu, Shalahuddin juga mendapat pendidikan dari ayah saudaranya Asasuddin Syirkuh seorang negarawan dan panglima perang Syria yang telah berhasil mengalahkan tentara Salib baik di Syria ataupun di Mesir. Dalam setiap peperangan yang dipimpin oleh panglima Asasuddin, Shalahuddin senantiasa ikut sebagai tentara pejuang sekalipun usianya masih muda.
Pada tahun 549 H/1154 M, panglima Asasuddin Syirkuh memimpin tentaranya merebut dan menguasai Damaskus. Shalahuddin yang ketika itu baru berusia 16 tahun turut serta sebagai pejuang. Pada tahun 558 H/1163 Masehi, panglima Asasuddin membawa Shalahuddin Al-Ayyubi yang ketika itu berusia 25 tahun untuk menundukkan Daulat Fatimiyah di Mesir yang diperintah oleh Aliran Syiah Ismailiyah yang semakin lemah.Usahanya berhasil. Khalifah Daulat Fatimiyah terakhir Adhid Lidinillah dipaksa oleh Asasuddin Syirkuh untuk menandatangani perjanjian. Akan tetapi, Wazir besar Shawar merasa cemburu melihat Syirkuh semakin populer di kalangan istana dan rakyat.
Dengan diam-diam dia pergi ke Baitul Maqdis dan meminta bantuan dari pasukan Salib untuk menghalau Syirkuh daripada berkuasa di Mesir. Pasukan Salib yang dipimpin oleh King Almeric dari Yerusalem menerima baik ajakan itu. Maka terjadilah pertempuran antara pasukan Asasuddin dengan King Almeric yang berakhir dengan kekalahan Asasuddin. Setelah menerima syarat-syarat damai dari kaum Salib, panglima Asasuddin dan Shalahuddin dibenarkan palung ke Damaskus.
Kerjasama Wazir besar Shawar dengan orang kafir itu telah menimbulkan kemarahan Amir Nuruddin Zanki dan para pemimpin Islam lainnya termasuk Baghdad. Lalu dipersiapkannya tentara yang besar yang tetap  dipimpin oleh panglima Syirkuh dan Shalahuddin Al-Ayyubi untuk menghukum si pengkhianat Shawar. King Almeric terburu-buru menyiapkan pasukannya untuk melindungi Wazir Shawar setelah mendengar kemaraan pasukan Islam. Akan tetapi Panglima Syirkuh kali ini bertindak lebih baik dan berhasil membinasakan pasukan King Almeric dan menghalaunya dari bumi Mesir dengan baib sekali.
Panglima Shirkuh dan Shalahuddin terus masuk ke ibu kota Kairo dan mendapat tentangan dari pasukan Wazir Shawar. Akan tetapi pasukan Shawar hanya dapat bertahan sebentar saja, dia sendiri melarikan diri dan bersembunyi. Khalifah Al-Adhid Lidinillah terpaksa menerima dan menyambut kedatangan panglima Syirkuh buat kali kedua.
Suatu hari panglima Shalahuddin Al-Ayyubi berziarah ke kuburan seorang wali Allah di Mesir, ternyata Wazir Besar Shawar dijumpai bersembunyi di situ. Shalahuddin segera menangkap Shawar, dibawa ke istana dan kemudian dihukum mati.
Khalifah Al-Adhid melantik panglima Asasuddin Syirkuh menjadi Wazir Besar menggantikan Shawar. Wazir Baru itu segera melakukan perbaikan dan pembersihan pada setiap institusi kerajaan secara berjenjang.  Sementara anak saudaranya, panglima Shalahuddin Al-Ayyubi diperintahkan membawa pasukannya mengadakan pembersihan di kota-kota sepanjang sungai Nil sehingga Assuan di sebelah utara dan bandar-bandar lain termasuk bandar perdagangan Iskandariah.
Dinasti ayyubiyah didirikan oleh Shalahudin Al-Ayyubi. Orang barat menyebutnya dengan saladin. Shalahudin terkenal sebagai seorang ahli perang yang mampu membendung arus serangan tentara salib. Pada mulanya shalahudin adalah seorang panglima perang dari kerajaan syam di bawah pemerintahan Sultan Nuruddin Zauki. Atas perintah Al-Zahir Nuruddin Zauki untuk mengirim pasukan di bawah pimpinan Syirkuh dan Shalahuddin Al-Ayyubi untuk mengalahkan Pasukan Salib di Mesir. Syirkuh diangkat sebagai Wazir oleh Fatimiyah (544 H), tiga bulan kemudian Syirkuh meniggal dan digantikan oleh kemenakannya Shalahudin Al-Ayyubi. Pada tanggal 10 Muharram 567 H / 1171 M, Khlifah Al-Adid (Fatimiyah) wafat dan kekuasaannya berpindah ke tangan Shalahudin Al-Ayyubi.
Al-ayyubi diakui sebagai khalifah Mesir oleh Al-Muhtadi, dinasti Bani Abbas pada tahun 1175 M, kemudian Al-Ayyubi berhasil menguasai Aleppo dan Mosul.
Untuk mengantisipasi pemberontakan dari pengikut Fatimiyah  dan serangan dari Tentara Salib, Al-Ayyubi membangun benteng bukit di Mukattam, pusat pemerintahan dan Militer.